25 Januari 2009

SUKU BUNGAN THE FEDS

The Fed Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Rendah
Nurul Qomariyah - detikFinance


Markas The Fed (Foto: Reuters)
Washington DC - Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan mempertahankan suku bunganya yang kini mendekati nol persen. Langkah itu akan ditempuh untuk terus memperlancar arus kredit sehingga perekonomian bisa semakin bergerak.

The Fed akan menggelar pertemuan 2 harinya pada pekan depan, dan mengumumkan hasil pertemuannya di Washington, pada Rabu (28/1/2009) waktu setempat.

Para ekonom meyakini bahwa The Fed akan mempertahankan target suku bunga yang kini di kisaran 0-0,25%, sekaligus menyatakan akan menjaga suku bunga rendah dalam beberapa waktu.

"Bagian yang mudah adalah mempertahankan suku bunga," jelas Michael feroli, ekonom dari JPMorgan seperti dikutip dari Reuters, Senin (26/1/2009).

Namun karena pemerintahan baru Obama belum mendapatkan persetujuan atas rencana penanganan krisisnya, maka The Fed kemungkinan akan menunda pelaksanaan sebuah prakarsa besar. Ini karena uang para pembayar pajak kemungkinan dibutuhkan oleh bank sentral untuk memperluas program penanganan aset-aset yang berisiko.

"Saya benar-benar tidak berfikir kita akan melihat hal yang berbeda kedapan," jelas mantan Gubernur The Fed, Lyle Gramley.

The Fed secara perlahan terus menurunkan suku bunga dari kisaran 5,25% pada September 2007 menjadi di kisaran 0-25% pada Desember 2008. The Fed harus menurunkan suku bunganya di tengah tekanan krisis kredit macet yang mengancam perekonomian AS.

Dalam rangka menahan krisis, The Fed juga telah mengucurkan miliaran dolar guna menjaga likuiditas di pasar. Totalnya telah mencapai US$ 2 triliun.(qom/qom)

BE AWARE!!! GLOBAL WARMING

Kampanye "Global Warming", Pangeran Albert Jelajahi Antartika
Pangeran Albert II (kedua kanan) dari Kerajaan Monako berada di Nias, Minggu (3/12), untuk meresmikan ratusan rumah baru bagi korban tsunami Desember 2004 di Desa Sirombu, Nias, yang didanai oleh lembaga The Monaco Asia Society.
Selasa, 6 Januari 2009 | 04:36 WIB

PUNTA ARENAS, SENIN — Pangeran Albert II meninggalkan Monaco, Senin (5/1), memulai ekspedisi ke Antartika di Kutub Selatan untuk menggugah kepedulian publik terhadap pemanasan global (global warming). Perjalanan tersebut akan melengkapi pengalamannya yang lebih dulu mengunjungi Kutub Utara pada 2006.

Ia akan menghabiskan waktu hingga 22 Januari dan berkunjung ke 26 base camp internasional yang ada di benua beku tersebut. Tempat kunjungan pertama yang dituju adalah King George Island yang merupakan stasiun penelitian bersama sejumlah negara. Dari sana, kapal akan singgah di Patriot Hill yang menjadi base camp peneliti AS dan Amundsmen-Scott yang merupakan pusat penelitian Perancis dan Italia.

Selanjutnya, misi dilanjutkan ke Stasiun Vostok dan Novolazarevskaya yang menjadi pusat perhatian Russia. Dari sana, lanjut ke Stasiun Davis Australia, Stasiun Princess Elisabeth yang menjadi basis peneliti Belgia serta stasiun para peneliti Norwegia.

"Ini merupakan salah satu kawasan paling sensitif di dunia. Segala sesuatu yang terjadi di Kutub Selatan seperti di Kutub Utara berpenagruh terhadap semua daearah di planet ini," ujarnya. Menurutnya, misi ekspedisi tersebut sekaligus menegaskan dukungan Monaco terhadap Traktat Antaryiksa yang bertujuan mencegah eksploitasi komersial maupun militer untuk kepentingan sempit masing-masing negara.

Pangeran Albert II yang merupakan anak laki-laki Puteri Rainier selama ini dikenal sebagai tokoh yang peduli lingkungan. Suami artis cantik Hollywood Grace kelly itu telah alma aktif dalam kegiatan lingkungan bahkan mendirikan yayasan lingkungan pada tahun 2006.

Salah satunya menjadi salah satu penawar tertinggi untuk menamai spesies baru ikan-ikan yang ditemukan di Raja Ampat, Papua Barat melalui Blue Ocean Auction dua tahun lalu. Dana yang diberikan digunakan untuk mendanai konservasi lingkungan di daratan dan perairan dekat kawasan Kepala Burung Papua itu.


WAH
Sumber : AP

AWAS EFEK RUMAH KACA TERHADAP ALAM

Efek Rumah Kaca Ancam Terumbu Karang Dunia
Jejak keberadaan koloni terumbu karang yang telah mati menjadi karakter unik kawasan tepi pantai yang berkarang di Pantai Pasir Putih, Desa Sukahujan, Malingping, Lebak, Banten, Senin (7/4). Kawasan pantai karang merupakan ekosistem yang sanggup beradaptasi dengan kondisi alam yang ekstrem, seperti pasang surut laut, gelombang tinggi, perubahan cuaca ekstrem, juga salinitas air laut yang berubah-ubah.
Kamis, 11 Desember 2008 | 07:48 WIB

POZNAN, RABU - Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon dioksida, demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu (10/12). Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global.

"Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka," ungkap laporan tersebut.

"Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun," ujar Carl Gustaf Lundin, pimpinan program kelautan global di International Union for Conservation of Nature, salah satu organisasi di belakang Global Coral Reef Monitoring Network.

"Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut," tambahnya.

Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.

Yang membesarkan hati dari laporan tersebut adalah sekitar 45 persen terumbu karang saat ini masih berada dalam kondisi sehat. Harapan lainnya adalah kemampuan sebagian terumbu karang untuk pulih setelah peristiwa besar "bleaching" akibat air yang menghangat, dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

"Laporan itu merinci konsensus kuat ilmiah bahwa perubahan iklim harus dibatasi pada tingkat minimum absolut," ungkap Clive Wilkinson, Koordinator Global Coral Reef Monitoring Network.

Laporan tersebut juga menyatakan terumbu karang memiliki peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup pada saat perubahan iklim terjadi, jika faktor tekanan lain yang berkaitan dengan kegiatan manusia diperkecil.


AC
Sumber : Ant

ES KUTUB MENCAIR !!!

Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
Senin, 29 Desember 2008 | 16:20 WIB

LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.

"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.

Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.

Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.

"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.

Para ilmuwan NASA mempresentasikan temuan baru mereka pada konferensi American Geophysical Union di San Fransisco minggu lalu. Dengan menganalisis perubahan iklim, secara umum para ilmuwan akan melihat yang terjadi beberapa tahun untuk menentukan tren secara keseluruhan.


HIN
Sumber : LIVESCIENCE

Bank Asing Bantu UMKM

Bank Asing Diharap Mampu Memberi Pencerahan Soal Kredit UMKM
Angga Aliya ZRF - detikFinance


Muliaman Hadad (Foto: dok detikcom)
Jakarta - Bank Indonesia menyambut positif adanya keterlibatan bank asing dalam bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Demikian hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum MES sekaligus Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad di sela-sela Rakernas Pengurus Pusat MES dengan tema Roadmap Ekonomi Syariah sebagai Sistem Ekonomi Indonesia di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (24/1/2009),

"Dengan adanya penetrasi bank-bank asing ini, diharapkan ada pembelajaran baru yang bisa didapatkan lembaga keuangan kita," ujarnya.

Ia mengatakan, selain membawa uang, bank-bank asing tersebut juga membawa pengetahuan yang bisa dijadikan pengalaman baru bagi perbankan nasional.

BI berharap kegiatan bank asing tersebut dapat dijadikan contoh untuk memperkuat kultur dan cara penyaluran keuangan ke masyarakat usaha mikro.

Salah satu kelemahan bank lokal jika dibandingkan dengan bank asing adalah masalah ketersediaan dana dan sistem yang baik. Kekurangan ini sementara bisa ditutupi oleh keberadaan bank asing tersebut. Menurutnya, para pelaku UMKM tidak bisa menunggu kesiapan bank lokal sementara mereka harus bertahan di tengah krisis ekonomi global.

"Maka dari itu, masuknya bank asing bisa menjadi penyeimbang antara kekurangan dan kelebihan bank nasional," ucapnya.

Seperti diketahui, sejumlah bank asing kini mulai mengucurkan kredit untuk UMKM di Indonesia. Diantaranya adalah HSBC dan Citibank melalui CitiFinancial yang memberikan kredit untuk UMKM.


(ang/qom)

SEX, MITOS dan PARADOX

Seks, Mitos, dan Paradoks
Rabu, 24 Desember 2008 | 10:56 WIB

MITOS dalam bidang seksual seolah tidak pernah ada habisnya. Tak heran, banyak orang kerap salah jalan atau tersesat.

Sebut saja mitos mengenai darah monyet yang oleh suatu komunitas dipercaya bisa mencegah dan menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Ada juga yang mempercayai bahwa minum antibiotik sebelum melakukan hubungan seksual dengan pelacur dapat mencegah atau menahan penularan penyakit menular seksual.

Pertapaan Ratu Kalinyamat di Jepara dan Pantai Parangkusumo di Yogyakarta dipercayai sebagai tempat yang dapat membuat seseorang tampak lebih muda kalau melakukan ritual tertentu. Parahnya, ritual itu adalah melakukan hubungan seks dengan anak-anak atau dengan gadis yang masih perawan.

Sebenarnya apa sih mitos itu? Prof Koentjoro, MBSc, Ph D, psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam simposium kedokteran seksual di Hotel Hyatt Regency, Surabaya, menyebutkan bahwa mitos merupakan ide atau cerita yang dipercayai banyak orang, meski faktanya tidak benar.

Psikolog yang meneliti perihal pelacuran sejak tahun 80-an ini menyebutkan, mitos juga bisa berupa cerita kuno yang dibuat untuk menjelaskan kejadian alami atau peristiwa historis. Jadi, jelas bahwa mitos merupakan kepercayaan yang diyakini masyarakat, meski tidak benar faktanya.

Selanjutnya, Prof Koentjoro mengungkapkan, pelacuran yang ada sekarang ini memiliki kaitan erat dengan tingginya kejadian perceraian. Tahun 1950 mungkin merupakan tahun di mana angka rata-rata perceraian tertinggi bahkan di seluruh dunia.

Anehnya, di masyarakat tertentu, para janda justru semakin bangga dengan status kejandaannya. Semakin kerap menjadi janda berarti semakin dicari atau dibutuhkan pria.

“Bahkan tindakan ini justru jadi ajang kompetisi,” ujarnya.

Di sisi lain, di sebagian besar komunitas masyarakat Indonesia, seks masih dianggap tabu. Namun, justru nyatanya fakta tidak menunjukkan demikian. Paradoks atau kontradiksi terjadi di mana-mana. Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta membuktikan, berdasarkan riset yang pernah mereka lakukan, setidaknya di Yogyakarta terdapat 25 toko seks (sex shop).

Tidak bisa disangkal, toko semacam itu akan menunjang perluasan prostitusi dan relasi tidak sehat yang pada akhirnya akan menghancurkan kehidupan rumah tangga./*


ABD

Fatwa MUI Tentang Merokok

MUI Kudus: Jangan Keluarkan Fatwa Haram Rokok
Selasa, 20 Januari 2009 | 19:03 WIB

JAKARTA, SELASA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kudus meminta MUI Pusat tak mengeluarkan fatwa haram rokok. Pasalnya, sebagai daerah berbasis industri rokok, masyarakat Kudus sangat menggantungkan denyut perekonomiannya dari bisnis rokok.

Hal itu disampaikan Ketua DPRD Kabupaten Kudus Asyrofi didampingi pengurus MUI Cabang Kudus saat audiensi dengan pengurus MUI Pusat di Jakarta, hari ini.

"Dampak jangka panjang fatwa ini berpotensi mengurangi konsumsi rokok yang tentunya berimbas pada lesunya produksi rokok. Keputusan mem-PHK karyawan tak terelakkan bila perusahaan terus merugi," paparnya.

Padahal, menurut Asyrofi, berdasarkan data Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PPPRK), saat ini tercatat ada 95.000 karyawan dari 15 pabrik yang tergabung dalam asosiasi itu. "Jika digabung dengan pabrik yang di bawah asosiasi Forum Perusahaan Rokok Kudus (FPRK) maka total jumlah karyawan rokok mencapai sekitar 120.000 orang. Ini jumlah yang rawan PHK kalau fatwa diterapkan," tuturnya.

Sebelumnya, MUI berencana mengadakan kesepakatan ulama (ijtimaul ulama) tentang rokok pada 24-26 Januari ini di Padang. Selain rokok, dalam pertemuan itu juga akan dibahas mengenai perkawinan dini.

"Pembahasan fatwa haram rokok ini pelu disikapi secara kritis karena dapat memicu dampak regulasi lanjutan di departemen pemerintahan dan menjadi lonceng kematian industri rokok," paparnya.